BANGKALAN, beritadata.id – Kerusuhan di Wamena, Papua beberapa waktu lalu berimbas pada masyarakat pendatang. Tak terkecuali warga Bangkalan yang bekerja di Wamena. Bahkan ada warga Bangkalan yang pulang kampung dan mengaku kapok.
Sebut saja Sahid Alan Nuri (27). Warga asal Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Bangkalan itu mengaku merintis usahanya di Wamena dengan membuka pangkas rambut.
“Saya baru membuka kios pangkas rambut di Jl Pekhe Jayawijaya, Kabupaten Wamena, Papua,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (2/10/2019).
Sahid bercerita bagaimana ia dan keluarganya pada saat terjadi kerusuhan di Wamena. Berawal waktu ia bekerja seperti biasnya tiba-tiba ia mendengar banyak ibu-ibu yang berteriak dan berlarian.
“Waktu itu hari Senin tanggal 23 Oktober saya baru saja membuka kios. Saya mendengar ada pembakaran dan massa berlarian sambil teriak-teriak,” imbuhnya.
Khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan akhirnya Sahid memutuskan untuk menutup kiosnya yang baru dibuka itu.
“Say berkumpul dengan keluarga dan mengungsi ke rumah dewan adat, sebelum akhirnya dijemput polisi,” ceritanya.
Sahid mengaku sempat dua hari berada di kantor polisi sebelum memutuskan untuk mengungsi ke kontrakan temannya.
Bagaimana Sahid dan istrinya yang sedang hamil itu bisa pulang ke tanah kelahirannya di Bangkalan? Sahid menjelaskan ia cari hutangan nelpon ke Madura untuk beli tiket pesawat agar bisa pulang.
“Saya ditawari naik pesawat Hercules milik TNI tapi yang antre ribuan, karena istri sedang hamil ya saya memutuskan untuk cari pinjaman saja,” katanya.
“Setelah kondisi lumayan aman, selama dua hari saya berjalan kaki sekitar 3 Km untuk mendaftar evakuasi dari Wamena menuju Jayapura,” terangnya.
Sahid mengaku kapok tidak akan kembali lagi ke Wamena. Ia berharap pemerintah akan memperhatikan nasibnya dan teman-temannya yang baru datang dari Wamena.
“Saya rugi sekitar 50 juta. Mulai biaya kontrakan yang baru diperpanjang, sepeda motor, peralatan pangkas dan barang elektronik yang sudah terbakar,” pungkasnya. (Red)
Leave a Comment