BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Dai kondang asal Riau Ustad Abdul Somad mengisi tabliqh akbar ‘doa untuk bangsa’, Senin (18/3/2019) di Lapangan Ikama, akses Suramadu sisi Madura KM 4 (utara SPBU).
Dalam tausiyahnya UAS (sapaan akrabnya) mengingatkan tiga hal yaitu tentang Maulid Nabi, Ziarah Kubur dan Majlis Dzikir.
“Hari ini kita berkumpul untuk saling mengingatkan bahwa nikmat paling besar yang diberikan oleh Allah SWT adalah lahirnya Nabi Muhammad SAW. Jadi maulid nabi adalah cara kita mengingat dan mensyukuri kelahiran beliau (Nabi Muhammad), sebagai nikmat Allah yang paling besar,” kata UAS dihadapan ribuan jamaah.
Beberapa dalil tentang maulid nabi disampaikan oleh UAS. Diantaranya, dalam Fatwa al-Azhar dinyatakan oleh Syekh ‘Athiyyah Shaqar bahwa menurut Imam Al-Suyuthi, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dan Ibnu Hajar Al-Haitsami memperingati maulid nabi itu baik, meskipun demikian mereka mengingkari perkara-perkara bid’ah yang menyertai peringatan maulid.
Imam An-Nasa’i, Abdullah bin Ahmad dalam Zawâ’id Al-Musnad, al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Îmân dari Ubai bin Ka’ab meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa Rasulullah SAW menafsirkan kalimat Ayyâmillah sebagai nikmat-nikmat dan karunia Allah SWT.
“Kelahiran nabi Muhammad SAW adalah nikmat dan karunia terbesar yang mesti diingat dan disyukuri,” paparnya.
Para ulama menyebutkan dalam kitab-kitab hadits dan Sirah tentang pembebasan Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah hamba sahaya milik Abu Lahab. Ketika Rasulullah SAW lahir, maka Tsuwaibah kembali ke rumah tuannya menyampaikan berita kelahiran nabi. Karena senang menyambut kelahiran nabi, maka Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah dari status hamba sahaya.
Al-‘Abbas bin Abdul Muththalib bermimpi bertemu dengan Abu Lahab, ia menanyakan keadaan Abu Lahab. Abu Lahab menjawab “Saya tidak mendapatkan kebaikan setelah kamu, hanya saja saya diberi minum di sini, karena saya membebaskan Tsuwaibah dan azab saya diringankan setiap hari Senin”.
Kisah ini disebutkan para ulama hadits dan Sirah. Disebutkan oleh Imam Abdurrazzaq Al-Shan’ani dalam kitab Al-Mushannaf, Imam Al-Bukhari dalam Shahih Al-Bukhari (Kitab: Al-Nikah, Bab: wa Ummahatukum allati Ardha’nakum). Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari, Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa al-Nihâyah:
“Karena ketika Tsuwaibah menyampaikan berita gembira kelahiran Muhammad bin Abdillah putra saudara laki-lakinya, maka Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah (dari hamba sahaya). Maka Abu Lahab diberi balasan atas perbuatannya itu”.
Imam para ahli Qira’at al-Hafizh Syamsuddin bin al-Jazari seperti yang dinukil oleh al-Hafizh al-Suyuthi dalam kitab al-Hâwi li al-Fatâwa:
“Jika Abu Lahab kafir yang disebutkan celanya dalam al-Qur’an, ia tetap diberi balasan meskipun ia di dalam neraka, karena rasa senangnya pada malam maulid nabi”.
Selain maulid nabi, UAS juga menerangkan tentang ziarah kubur. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW pernah melarang umatnya untuk ziarah kubur, namun kemudian melalui haditsnya, Rasulullah memperbolehkan kembali untuk berziarah ke kubur.
“Dulu (Nabi Muhammad) larang kalian ziarah kubur sekarang ziarahlah kalian ke kubur. Kalau ziarah ke kubur begitu sampai ucapkanlah salam. Menurut Imam Qurtubi setelah mengucapkan salam bacakanlah surat al-ikhlas, al-falaq, an-naas dan al-fatihah,” ucap UAS.
Dikatakannya bahwa tujuan dari umat Islam berziarah adalah untuk mengingat kembali bahwa semua akan mati menghadap Allah SWT. Berziarah bisa melembutkan hati yang keras agar ingat kepada sang pencipta.
“Berziarah ke makam bisa mengukur diri kita, mengingatkan diri kita, bahwa ada nasihat yang tidak bersuara, tidak berhuruf dan berbunyi,” katanya.
Nasihat tersebut adalah kematian. Mungkin selama ini, lanjut dia, ceramah-ceramah tentang kematian yang disampaikan para ustaz dan alim ulama belum masuk ke telinga karena kerasnya hati. Tetapi dengan datang langsung berziarah maka kalbu bisa tersentuh.
“Ini (ziarah) adalah perbuatan yang baik. Rasulullah SAW, sebelum meninggal beliau berziarah ke makam syuhada Badar, syuhada Uhud, dan ke makam ibunda beliau,” jelasnya.
Selain itu, UAS juga menjelaskan tentang keutamaan Dzikir secara bersama-sama.
“Barang siapa yang berzikir secara bersama, maka Allah akan menyebut dan membanggakannya di hadapan para malaikat, orang saleh, dan hamba yang mati syahid,” tuturnya.
Namun, kata UAS, berzikir sendirian juga mendapat keutamaan. Hanya saja tak sama dengan bdrzikir secara bersama-sama.
“Berzikir sendirian bisa. Namun, Allah juga hanya akan menyebut orang yang berzikir dengan sendirian,” ucapnya.
Intinya, tambah UAS, zikir merupakan pemantik turunnya rahmat dan berkah dari Allah.
“Itulah sebabnya Rasul menyebut majelis dzikir sebagai taman syurganya dunia,” pungkasnya.
Diakhir ceramahnya, dengan tetesan air mata UAS mengungkapkan permohonan maafnya lantaran harus bergegas pulang. Sebab, ibundanya meninggal dunia. Para jemaah pun membacakan al-fatihah untuk ibunda UAS. (Atep/Lim)
Leave a Comment