
SUMENEP, beritadata.id – Tangis haru menyelimuti diri Rini Antika, setelah 16 tahun mengabdi tanpa kepastian status kepegawaian, kini akan diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) paruh waktu.

Kabar gembira itu ia dapatkan pasca Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur mengumumkan akan mengangkat pegawai non- aparatur sipil negara (non-ASN) menjadi PPPK paruh waktu.
Pegawai non-ASN diusulkan dari masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menjadi PPPK paruh waktu. Seperti, tenaga guru diusulkan Dinas Pendidikan, dan tenaga kesehatan diusulkan oleh Dinas Kesehatan melalui BKPSDM Sumenep.
“Antara percaya dan tidak, karena saking lamanya menunggu kepastian dari pemerintah. Alhamdulillah, luar biasa Bupati Sumenep mengakomodasi semua pegawai non-ASN tanpa terkecuali,” ujar Rini terharu.
Wanita asal Gapura ini mengabdi sebagai tenaga honorer sejak tahun 2009 di Puskesmas Batu Putih, ia mengaku sangat senang mendengar dirinya akan menjadi pegawai PPPK.
Kata dia, pegawai non-ASN selama ini butuh legalitas dari pemerintah dan siap menerima konsekuensi menjadi PPPK paruh waktu. Sebab, ke depan akan punya kesempatan untuk menjadi PPPK penuh waktu.
Rini menegaskan bahwa PPPK paruh waktu merupakan pintu masuk untuk menjadi PPPK penuh waktu.
“Yang penting kami masuk dulu ke gerbong PPPK paruh waktu. Karena ketika kami tidak masuk ke sini (PPPK paruh waktu), sudah tak bisa lagi. Pemerintah pusat sudah memutuskan bahwa 2026 sudah tidak ada lagi tenaga sukwan, adanya hanya ASN, PNS, dan PPPK.
Semua pegawai ASN,” tuturnya.
Rini sadar bahwa keputusan Bupati Sumenep mengakomodasi seluruh pegawai non-ASN untuk diusulkan menjadi PPPK paruh waktu bukan hal mudah. Karena kebijakan tersebut akan berdampak pada fiskal APBD.
“Saya mewakili pegawai non-ASN R-4 menyampaikan terima kasih kepada Bupati Fauzi Wongsojudo yang memperhatikan nasib kami,” ucapnya.
Kata Rini, penantian tenaga honorer yang bekerja di berbagai naungan instansi sudah lama menanti kepastian legalitas dari pemerintah. Dia menceritakan, ada tenaga honorer yang sudah berumur 53 tahun, dan mengabdi sejak 2005.
“Bayangkan, belasan tahun bahkan ada yang sampai 20 tahun menunggu kepastian, dan baru terwujud sekarang. Alhamdulillah penantian menahun akhirnya terwujud,” pungkasnya. (*)
Leave a Comment