Bangkalan Data Utama Madura Motivasi

Semangat Penjual Es Keliling Berusia 80 Tahun di Bangkalan

Semangat tidak memandang usia. Terutama semangat dalam mancari nafkah. Umur muda tak menjamin orang semangat mendulang rupiah. Sebaliknya umur lanjut kadang tak menyurutkan semangat seseorang untuk tetap berusaha.

Diyanto saat mendorong gerobaknya di perempatan Pasar Seninan Bangkalan

BANGKALAN, beritadata.id – Petang itu di ramainya jalan kota Bangkalan. Tepatnya di perempatan Pasar Seninan. Terlihat sosok kakek yang sudah tua renta. Bukan kakek tua renta biasa. Namanya Diyanto. Ia adalah seorang penjual es keliling.

Meski jalannya sudah membungkuk. Pertanda bahwa dia tak muda lagi. Ia mampu mendorong gerobak, yang mungkin beratnya dua kali lipat berat tubuhnya.

Garis-garis keriput di wajahnya tak bisa disembunyikan. Pertanda usianya tak lagi muda. Sambil melayani pembeli. Diyanto tak pernah sedikitpun melepas senyum.

Saat didatangi wartawan beritadata.id. Diyanto langsung menyapa dengan ramah. “Beli berapa mas,” tanyanya sambil melempar senyum keramahan dari garis bibirnya.

Sambil menyiapkan pesanan. Diyanto tak keberatan menjawab pertanyaan wartawan. “Saya tinggal di Pengeranan. Umur saya kurang lebih 80 tahun,” ujarnya mengawali cerita.

Ternyata Diyanto bukan asli orang Bangkalan. Ia asli dari Jawa Tengah. Diyanto mengaku tinggal di Bangkalan sejak tahun 1958.

“Mungkin waktu pertama kali saya ke Bangkalan sampean belum lahir,” katanya melanjutkan.

Sejak tahun 1958 itulah, Diyanto mulai berjualan es keliling. Selama 61 tahun, ia berkeliling mengitari jalan demi jalan di Kabupaten Bangkalan.

“Dulu kalau masih muda bisa sampai ke Arosbaya tidak hanya di sekitar kota. Kalau sekarang sudah tidak kuat lagi,” ceritanya.

Selama itu pulalah setiap pagi ia menyiapkan dagangannya. Hasil yang didapat tidak menentu. Bahkan tak jarang dagangannya masih bersisa.

“Dari pagi sudah jualan. Kadang sampai siang tapi kadang juga sampai malam seperti sekarang ini,” ucap kakek berkacamata itu.

Dari hasil pernikahan dengan istrinya, Diyanto dikaruniai tiga orang anak. Kata dia anak-anaknya sudah dewasa dan bekerja diluar Madura. “Anak-anak di Jawa semua sudah bekerja,” katanya.

Diyanto tidak mau membebani anak-anaknya. Oleh sebab itu ia tidak mau tinggal dengan anak-anaknya itu. Ia punya prinsip, jika masih kuat bekerja ia akan tetap semangat.

“Kecuali nanti kalau saya sudah tidak kuat lagi bekerja baru minta tolong anak-anak,” pungkasnya.

Mengakhiri cerita, Diyanto minta doa agar dia tetap diberikan kesehatan agar tetap bisa berjualan. (Red)

Leave a Comment