Bangkalan Data Utama Kesehatan Madura

RSUD Syamrabu Bangkalan Selalu Berikan Layanan Terbaik bagi Pasien Covid-19

Kolase: Direktur RSUD Syamrabu Bangkalan dr Nunuk Kristiani dan gedung utama RSUD Syamrabu Bangkalan

BANGKALAN, beritadata.id – Sampai hari ini Pandemi Covid-19 masih terus terjadi. Tak terkecuali di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Bahkan selama beberapa bulan terakhir ini serangan virus asal China itu makin membabi buta.

Tak hanya masyarakat biasa, banyak tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Bangkalan tumbang akibat keganasan dari Covid-19. Ditemukannya varian baru Covid-19 yang biasa disebut varian delta atau B.1.617.2 menjadi momok menakutkan di kalangan masyarakat.

Bukan tanpa alasan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan varian delta adalah jenis virus corona tercepat atau lebih mudah menular dan terkuat yang pernah ada. Sangat berbahaya apalagi bagi seseorang yang memiliki penyakit bawaan (komorbit) dan juga bagi ibu hamil.

Menjadi satu-satunya Rumah Sakit rujukan pasien Covid-19 di Madura, RSUD Syamrabu Bangkalan terus meningkatkan pelayanan kesehatan selama masa pandemi ini. Meski sempat kewalahan menangani pasien Covid-19, RSUD plat merah itu tetap konsisten sebagai pelayan kesehatan bagi masyarakat.

Direktur RSUD Syamrabu Bangkalan dr Nunuk Kristiani dalam rilis tertulisnya mengatakan pihaknya selalu memberikan yang terbaik bagi pasien Covid-19 yang sedang dirawat di ruang isolasi. Penataan SDM dan fasilitas kesehatan yang memadai juga telah ia lakukan agar bisa mengatasi melonjaknya serangan Covid-19.

“Seluruh jajaran manajemen dan tenaga kesehatan di RSUD Syamrabu Bangkalan selalu berkoordinasi untuk memberikan pelayanan terbaik. Upaya-upaya terbaik selalu dibicarakan, dikoordinasikan dan diaplikasikan, untuk kesembuhan seluruh pasien di ruangan Isolasi,” ujarnya.

Nunuk bercerita bahwa tak jarang pasien terkonfirmasi Covid-19 meninggal di RSUD Syamrabu. Tak jarang pula pihaknya dikambinghitamkan jika ada pasien Covid-19 yang meninggal di RSUD Syamrabu.

“Kita sering menghadapi keluarga pasien yang tidak terima karena pasien meninggal. Namun kita tidak pernah bosan untuk memberikan penjelasan tentang kondisi pasien yang sebenarnya,” imbuhnya.

Ia menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki komorbid (semisal Kencing manis, hipertensi, stroke, jantung dan lain-lain) dan ibu yang sedang hamil sangat rentan jika terpapar Covid-19. Orang disertai komorbit dan ibu hamil bisa jadi akan lebih buruk kondisinya dibandingan dengan orang lainnya yang tidak memiliki komorbid dan bukan ibu hamil.

“Meningkatnya kasus ibu hamil terkonfirmasi Covid-19 di sejumlah kota di Indonesia sudah dalam keadaan yang berat (severe case). Kemudian, jika ibu hamil terinfeksi Covid-19, maka efek ataupun akibatnya bisa lebih buruk,” jelasnya.

Ia melanjutkan kondisi tersebut diperparah dengan stigma negatif di masyarakat yang masih menganggap bahwa Covid-19 masih bisa diatasi secara mandiri di Rumah. Karenanya banyak kasus serangan pertama yang masih ringan seperti batuk pilek dan demam biasa tidak segera diperiksakan ke dokter atau Rumah Sakit.

“Nah baru jika ada perburukan kondisi, baru dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Sayangnya pasien yang demikian kebanyakan kondisinya sudah buruk jadi terlambat,” sesalnya.

Namun menurut dia banyak diantara pasien yang tertangani dengan baik dan sembuh sehingga bisa kumpul kembali bersama keluarganya. Namun bagi mereka yang sudah masuk lewat IGD dalam kondisi yang parah atau mengalami perburukan, ada sebagian yang tertolong dan ada yang tidak tertolong.

“Tenaga kesehatan kami juga ada yang tidak tertolong,” sedihnya.

“Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya jika masih ada yang tidak tertolong. Kami sudah berusaha yang terbaik, tetapi takdir selalu Allah SWT yang memutuskan. Mohon maaf dan Terima kasih,” ucapnya mengakhiri. (Red)

Leave a Comment