
SUMENEP, beritadata.id – Di tanah kepulauan Masalembu yang dikepung angin laut dan kerasnya cuaca, harapan tak selalu tumbuh dengan mudah. Namun pagi itu, di Dusun Baru, Desa Masalima, Kecamatan Masalembu, ratusan lubang tanah digali dengan penuh semangat. Dari tangan-tangan warga, aparat desa, TNI, Polri, hingga seorang politisi, benih harapan ditanam bersama, 250 pohon durian.

Adalah Darul Hasyim Fath, politisi PDI Perjuangan, yang menginisiasi gerakan menanam tersebut. Bukan sekadar seremoni, penanaman pohon durian ini dimaknai sebagai ikhtiar jangka panjang sebuah upaya merawat alam sekaligus menyiapkan masa depan ekonomi masyarakat kepulauan.
Durian dipilih bukan tanpa alasan. Selain bernilai ekonomi tinggi, tanaman ini dikenal sebagai pohon keras yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan tertentu. Di Masalembu, keberadaan pohon durian diharapkan kelak menjadi sumber penghidupan baru bagi warga, terutama saat pohon mulai berbuah beberapa tahun ke depan.
Namun, lebih dari sekadar investasi ekonomi, penanaman ini juga membawa pesan ekologis yang kuat. Di wilayah pesisir dan kepulauan yang rentan terhadap abrasi dan penurunan kualitas tanah, kehadiran tanaman keras berperan penting menjaga keseimbangan alam. Akar-akar pohon durian akan mengikat tanah, membantu mencegah erosi, sekaligus memperbaiki struktur dan kesuburan lahan.
“Menanam pohon bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan. Ini adalah investasi ekonomi, ketahanan pangan, dan perlindungan lingkungan bagi generasi mendatang,” tutur Darul Hasyim Fath di sela kegiatan, suaranya berpadu dengan deru angin laut Masalembu.
Bagi masyarakat Desa Masalima, kegiatan ini bukan sekadar agenda penanaman. Ia menjadi simbol kepedulian dan kebersamaan. Pemerintah desa menyambut baik kolaborasi lintas sektor tersebut, melihatnya sebagai langkah nyata membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga alam tanpa meninggalkan aspek kesejahteraan.
Keterlibatan TNI, Polri, dan warga dalam proses penanaman juga diharapkan menumbuhkan rasa memiliki. Pohon-pohon itu bukan milik satu orang, melainkan titipan bersama yang harus dirawat hingga kelak berbuah dan memberi manfaat nyata.
Di Masalembu, 250 pohon durian kini berdiri sebagai penanda. Penanda bahwa pembangunan tak selalu harus dimulai dari beton dan aspal, tetapi bisa dari tanah, akar, dan kesadaran untuk hidup berdampingan dengan alam. Dari pulau kecil di ujung Sumenep ini, harapan tumbuh pelan namun pasti seiring waktu, seiring pohon-pohon itu menguatkan bumi dan kehidupan di sekitarnya. (*)

Leave a Comment