Data Utama Hukum & Kriminal Madura Sumenep

Laporan Penganiayaan Warga Saronggi di Polres Sumenep Tak Ada Tindak Lanjut

Ilustrasi

SUMENEP, beritadata.id – Kasus penganiayaan warga Kecamatan Saronggi yang terjadi di Puskesmas Bluto hingga kini tidak ada tindak lanjut. Padahal, pada tanggal 10 September 2021 lalu bukti laporan telah keluar, yaitu LP/B/207/IX/2021/SPKT/Polres Sumenep/Polda Jawa Timur.

Ironisnya, saat dikonfirmasi terkait tindak lanjut pelaporan kasus penganiyaan itu, Kasubbag Humas Polres Sumenep, AKP. Widiarti beralibi masih ingin mengkroscek laporan tersebut.

“Saya masih ada giat Polres, nanti saya kroscek,” ucap Widiarti saat dikonfirmasi melalui saluran telepon, Jum’at (24/09/21).

Menurut Korban, Sanimo (42) warga Dusun Semtani, RT 008/RW 003, Desa Juluk, Kecamatan Saronggi, kronologi penganiayaan yang menimpanya berawal pada Rabu (8/9/2021) malam sekitar pukul 19.30 WIB di Puskesmas Bluto.

Kata dia, saat itu dirinya sedang menjenguk kerabatnya yang sedang sakit di Puskesmas Bluto. Sesampainya di parkiran Puskesmas setempat, ia bertemu dengan inisial M.

Mulanya, ia berniat bersalaman dengan M. Namun M menolak uluran jabat tangan itu. Sebab, di masa silam ada insiden yang membuat hubungannya kurang harmonis dengan si M.

“Karena tidak mau bersalaman, saya iyakan saja,” tuturnya.

Entah apa yang merasuki M, kata Sanimo, tiba-tiba langsung menantang dirinya untuk berkelahi. Sontak membuat Sanimo kaget bukan kepalang. Bahkan, lanjut Sanimo bercerita, M mendatangi dirinya untuk menanyakan terkait permasalahan yang sudah berlarut-larut tak kunjung selesai itu. Diketahui, permalasahan antara M dan Sanimo buntut dari Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) tahun 2020 lalu.

“Awalnya saya bertemu dengan M, saya bersalaman untuk minta maaf atas insiden yang sudah berlalu. Saat saya duduk santai, kemudian kerabat keluarga M ini memaki dan bawa-bawa nama orang tua saya. Bahkan sampai nantang carok sama saya,” ungkap Sanimo pada awak media.

Singkat cerita, Sanimo kembali masuk ke ruang Puskesmas. Namun, baru sampai pintu masuk Puskesmas, tiba-tiba Sanimo dikeroyok oleh sekelompok orang yang diduga teman M.

“Malam Kamis itu saya di keroyok di Puskesmas Bluto, mereka menanyakan nama saya, ya saya bilang Sanimo. Tapi pihak M menolak bersalaman dengan saya. Padahal niat saya hanya ingin minta maaf saja,” katanya.

Akibat dari pengeroyokan itu, Sanimo kehilangan telfon genggamnya dan sejumlah uang Rp 400 ribu. Dari insiden tersebut, dia mengaku mengalami kerugian Rp 1 juta 800 ribu.

Pada polisi, Sanimo membawa dua orang saksi, diantaranya Sa’rullah dan Wiwik Fauziyah, yang masih satu desa dengannya.

“Saat saya pelaporan di Polres sudah dilakukan visum dan lidik,” tambahnya.

Sayangnya, hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan pasti sebab musabab dugaan orang-orang M melakukan penganiayaan pada Sanimo. Dari informasi yang dihimpun media ini, M adalah orang tua salah satu Kepala Desa (Kades) Bumbungan, Kecamatan Bluto.

Sekedar informasi, pelaporan kasus ini sudah berjalan 14 hari hingga saat ini. Terhitung sejak tanggal pelaporan pada 10 September 2021 lalu. Namun, hingga detik ini belum ada kejelasan pasti dari polisi. (Zn)

Leave a Comment