SUMENEP, beritadata.id – Insiden penembakan yang dilakukan tim Resmob Polres Sumenep terhadap pria yang diduga depresi menuai kecaman sejumlah pihak. Tak terkecuali dari kalangan aktivis mahasiswa.
Dimana, aksi penembakan yang menimpa Herman (24) warga Desa Gadu Timur Kecamatan Ganding itu dinilai terlalu agresif, brutal dan membabi buta.
Demikian disampaikan Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sumenep, Ingsani, Rabu (16/02/22).
“Apakah tindakan penegakan hukum harus dilakukan dengan penembakan seperti itu, ini tentu perlu dipertanyakan ulang terkait penggunaan senjata api sebagaimana peraturan yang berlaku, tindakan itu terlalu brutal,” kecamnya.
Ia menganggap, tindakan tidak yang dilakukan tim Resmob Polres Sumenep tidak sesuai dengan penegakan hukum dan berpotensi melanggar HAM.
Sebab, dalam insiden itu petugas tidak hanya tampak ingin melumpuhkan sebagaimana keterangan pihak polres Sumenep, akan tetapi memang seperti ingin membunuh.
“Oknum polisi tetap menembaki korban yang sudah dalam posisi lemah dan dilumpuhkan hingga akhirnya korban meninggal,” ujar Ingsani.
Pihaknya menerangkan, polisi yang menembak Herman jelas tidak memperhatikan prinsip proporsionalitas sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 1 Tahun 2009.
“Tindakan polisi sangat berlebihan dan dapat diduga melanggar HAM sebagimana diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009,″ terangnya.
Keadilan dan penegakan hukum harus tetap berjalan karena semua masyarakat punya hak asasi dan aparat punya aturan yang harus ditaati
Kami akan kawal kasus ini hingga tuntas, Karena ini menyangkut Kemanusiaan dan Marwah Institusi Penegak hukum, Pungkasnya tegas.
“Dalam satu dua hari ini, kita akan melakukan aksi unjuk rasa ke Polres Sumenep. Soal HAM ini harus disikapi, karena kami yakin aparat yang bertindak sudah atas ijin Pimpinan Polres Sumenep,” tandasnya. (Zn)
Leave a Comment