Bangkalan Data Utama Kesehatan Madura

Dokter Cantik Ini Jelaskan Pencegahan Stunting

Dokter Spesialis Anak (WKDS) RSUD Syamrabu Bangkalan dr Shirley Ferlina

BANGKALAN, beritadata.id – Apakah anda dan pasangan anda memiliki anak berusia di bawah tiga tahun? Jika ya, jangan abaikan rutinitas mengukur tinggi dan berat badan si bayi sebagai indikator tumbuh kembang balita.

Dengan membandingkan berat dan tinggi badan bayi dengan standar World Health Organization (WHO), Anda bisa mendeteksi apakah si bayi kekurangan gizi atau tidak.

Kekurangan gizi ini bisa menjadikan pertumbuhan anak, baik fisik maupun otak, mengalami kemandekan atau yang disebut stunting.

WHO mendefinisikan stunting adalah kegagalan mencapai potensi pertumbuhan linier sebagai akibat kondisi kesehatan yang tidak optimal dan/atau kondisi nutrisi yang tidak optimal.

Apakah semua perawakan pendek itu disebut stunting?

Dokter Spesialis Anak (WKDS) RSUD Syamrabu Bangkalan dr Shirley Ferlina menuturkan, bahwa stunting bagian dari perawakan pendek, disebabkan kondisi kesehatan atau nutrisi suboptimal terutama kualitas dan kuantitas asupan makan yang salah.

“Disebut perawakan pendek jika tinggi badan menurut umur berada di bawah Zscore – 2 WHO Growth standart,” tuturnya, Selasa (12/11/2019).

Menurut Shirley, tanda awal stunting dapat dikenali sejak usia 2-3 bulan, dimulai dari berat badan kurang atau menurun dan terus dibiarkan. Begitu berat badan turun, asupan gizi tidak cukup.

“Anak yang beratnya dibawah 10 kg, 50 persen energi digunakan untuk perkembangan otak. Jadi bila kekurangan energi yang menjadi korban adalah otaknya,” paparnya.

Diterangkan dia, stunting dapat berdampak jangka pendek dan panjang. Jengka pendek yang dimaksud adalah murtalitus dan morbiditas. Penurunan fungsi kognitif, motorik plus bahasa.

“Dampak jangka panjangnya adalah penurunan tinggi saat dewasa. Peningkatan obesitas saat dewasa. Penurunan performa sekolah plus kapasitas belajar. Penurunan produktivitas kerja,” terangnya.

Shirley mengingatkan kepada para ibu jika anaknya mengalami penurunan berat badan segera lakukan beberapa hal ini. Pertama, deteksi dini growth faltering; berat badan naik tapi tidak sejajar garis. Kedua menilai panjang badan pada 2 tahun pertama kehidupan. Ketiga, berikan bayi nutrisi yang mencukupi zat gizi makro dan mikro untuk proses pertumbuhan.

“Dari umur 0-6 bulan berikan ASI kepada bayi. Dari umur 6 bulan berikan makanan pendamping ASI, yakni karbohidrat, protein, dan lemak,” ujarnya.

Selain itu lanjut Shirley, stunting dapat dicegah dengan prinsip-prinsip sebagai berikut. Pertama, perbaiki asupan nutrisi yang cukup, lengkap, dan seimbang. Kedua, pastikan tidak ada penyakit penyerta yang meningkatkan kebutuhan nutrisi. Ketiga, bayi atau balita harus aktif. Empat, pantau pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala sebulan sekali.

“Jika pada grafik berat badan didapatkan weight faltering (berat badan naik tidak sesuai grafik), segera rujuk ke spesialis anak agar segera dapat ditangani sehingga dapat mencegah serangan stunting,” tutup Shirley. (Red)

Leave a Comment