SUMENEP, beritadata.id – Pertumbuhan kondisi ekonomi serapan tenaga kerja di Kabupaten Sumenep hingga kini masih melambat. Hal itu dapat dilihat di data yang dirilis melalui website resmi badan pusat statistik (BPS) Sumenep.
Yakni Sumenep dalam angka tahun 2020. Tercatat, jumlah penduduk miskin di kota keris mencapai 211,98 jiwa. Sedangkan angka pengangguran terbuka tembus 14,187 jiwa.
Ditengah lambatnya program pengentasan kemiskinan dan pengangguran yang dilakukan pemerintah daerah, masyarakat Sumenep mau tidak mau eksodus ke kota metropolitan demi mendapatkan pekerjaan. Salah satunya dengan membuka toko kelontong di Jakarta dan sekitarnya.
Tak tanggung-tanggung, mereka yang pergi merantau tersebut merupakan anak-anak muda usia produktif, bahkan lulusan sarjana pun juga meninggalkan desanya demi ambil bagian di perantauan.
Ketua kamar dagang dan industri (Kadin) Sumenep Hairul Anwar menilai, migrasi penduduk usia muda produktif ke kota-kota metropolitan akibat minimnya lapangan pekerjaan serta tidak adanya kepastian ekonomi
Baik itu di kota, maupun di desa mereka dilahirkan sudah tidak ada harapan lagi. Sehingga, hal itu menuntut mereka untuk hijrah dari kampung halamannya.
“Karena tinggal di desa sudah tidak ada harapan, akhirnya merantau. Bukan tidak mungkin mereka juga ingin mempunyai pekerjaan di kota sendiri, dekat dengan keluarga,” katanya, Selasa (22/6/21).
Menurut Hairul, apabila anak-anak muda pada merantau, sarjana-sarjananya meninggalkan desa. Maka, di desa hanya ditempati orang-orang tua. Yang notabene semangat membangunnya sudah pudar.
“Kapan majunya desa-desa yang ditinggalkan anak-anak mudanya,” ujar dia.
Pria yang juga menjadi ketua Askab Sumenep itu menambahkan, tingginya angka kemiskinan dan angka pengangguran tersebut tentu menjadi persoalan yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah daerah. Sehingga, persentase neraca regional kesejahteraan rakyat terus tumbuh dan berkembang.
“Saya berharap Pemda bisa membuat terobosan, menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan, atau peningkatan UMKM dan mampu menciptakan lapangan kerja, menyerap tingginya angka pengangguran,”
“Atau kalau perlu memanfaatkan toko-toko klontong yang di Jakarta itu bisa menjual produk industri rumahan kita, sekaligus mengenalkan produk Sumenep yang belum banyak diketahui orang disana, itu pasti menghidupkan UMKM kita, tapi dengan catatan harus difasilitasi BUMD,” pungkasnya. (Zn)
Leave a Comment