Data Utama Madura Pemerintahan Sumenep

Demo di Disperindag Sumenep Ricuh, Mahasiswa dan Aparat Bentrok

Mahasiswa dan polisi saling dorong

SUMENEP, beritadata.id – Demo mahasiswa di kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sumenep, Madura pada Jumat (01/10/21) berakhir ricuh. Massa aksi dan aparat terlibat bentrok.

Puluhan mahasiswa yang mengatasnamakan Gerakan Perjuangan Demokrasi Rakyat (GPDR) itu awalnya berorasi menyoal kinerja Disperindag, yaitu terkait proyek pembangunan Pasar Tradisional di Kecamatan Batuan dan Kecamatan Kangayan yang sampai saat ini belum difungsikan.

Karena tidak puas dengan alasan yang diberikan Kepala Disperindag Sumenep, para massa aksi kemudian keluar Kantor dan membuat sebuah lingkaran besar di tengah jalan raya lalu membakar perlengkapan aksi.

Aksi bakar-bakar yang dilakukan ditengah jalan raya depan kantor Disperindag itu membuat aparat geram. Sehingga, kepolisian yang mengawal jalannya aksi berupaya memadamkan api..

Namun, massa aksi berusaha menghalangi usaha pemadaman yang dilakukan aparat. Akibatnya, terjadi kericuhan di kedua belah pihak hingga menyebabkan satu orang mahasiswa yang diduga menjadi provokator aksi tersebut diborgol.

“Itu murni kesalahan Disperindag, karena tidak mau merespon positif massa aksi,” tuding Koordinator Aksi Lapangan (Korlap) Wahyu Dimas.

Kata dia, pasar Tradisional di Kecamatan Kangayan telah diresmikan oleh Bupati Sumenep, Busyro Karim pada tahun 2020 lalu. Namun nyatanya, hingga saat ini pasar tersebut belum selesai dan tidak difungsikan. Data mahasiswa menyebut, jika pembangunan pasar itu menghabiskan anggaran Rp 14 miliar.

Kemudian, pembangunan Pasar Tradisional di Kecamatan Batuan, pembangunan pasar itu telah direncanakan sejak tahun 2018 silam, dengan anggaran mencapai Rp 9 miliar. Namun, hingga saat ini hanya tersisa tanah kosong yang bertancapkan papan nama ‘Tanah Ini Milik Disperindag’.

“Kami meminta Disperindag segera menyelesaikan pembangunan Pasar Tradisional di Kecamatan Batuan dan Kangayan, bukan malah beralasan,”

“Kalau memang terjadi kesalahan, usut tuntas dan berhentikan penanggungjawab yang menyebabkan lambatnya pembangunan Pasar Tradisional di Kecamatan Batuan dan Kangayan,” sambungnya.

Disisi lain, merespon soal pemborgolan mahasiswa yang dilakukan oleh aparat dalam aksi demo tersebut, Kasubbag Humas Polres Sumenep AKP. Widiarti enggan memberikan keterangan resmi. Pihaknya beralasan masih belum menerima laporan.

“Saya masih ada giat pelatihan, nanti saya cek,” jawab Widiarti saat dihubungi melalui saluran telepon.

Sementara itu kepala Disperindag Sumenep Agus Dwi Saputra menjelaskan, pembangunan Pasar Tradisional di Kecamatan Batuan memang gagal dibangun. Hanya selesai pembangunan pagar dan mengahabiskan anggaran Rp 600 juta.

“Itu keseluruhan anggaran Rp 4 miliar dari DAK tahun 2019, uangnya hanya terserap Rp 600 juta untuk pembangunan pagar. Kalau pembangunan pasarnya gagal,” jelas Agus.

“Kita ini nunggu juga, karena lahan itu masih bersengketa sertifikat. Kalau tidak ada sertifikatnya Kementerian tidak mau, makanya gagal,” imbuhnya.

Sementara untuk Pasar Tradisional Kecamatan Kangayan itu sudah selesai. Tapi belum ada pedagang yang mau menempati pasar tersebut.

“Jual beli itu kan tergantung masyarakat disana, kalau pedagangnya tidak mau jualan disana mau bagaimana, masa pemerintah harus disalahkan,” tutupnya. (Zn)

Leave a Comment