Data Utama Opini

Saatnya Kita Bersama Mengatasi Pandemi Ini

Oleh: Mohammad Iksan

OPINI, beritadata.id – Mencermati situasi terkini yang dialami oleh masyarakat kita, khususnya Masyarakat Madura, rupanya perlu mengkajinya lebih mendalam. Dalam teori sebab-akibat (kausalitas) apa yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Madura dalam menyikapi penyekatan di Suramadu adalah merupakan REAKSI terhadap AKSI dadakan yang dilakukan oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.

Eri, saat itu secara tiba-tiba datang ke pintu Jembatan Suramadu sisi Surabaya dan melakukan penyekatan. Semua warga dari Madura, utamanya Bangkalan dilakukan swab antigen. Bahkan secara khusus, Eri minta kepada Bupati Bangkalan untuk tidak membiarkan warganya masuk ke Surabaya sebelum menunjukkan hasil negatif COVID-19. “Saya sudah bilang ke Bupati Bangkalan, YO OJO DI LOS AE” (detiknews; Minggu, 06 Juni 2021)

Saat itu, orang nomor satu di Kota Pahlawan ini bak Supermen. Seakan bisa memutus mata rantai penularan COVID. Pahadal kenyataannya, penyebaran semakin terjadi dimana-mana. Termasuk di Surabaya sendiri. Ada satu hal yang Eri lupa waktu itu. Dia tidak melakukan hal serupa (swab) terhadap warga Surabaya yg masuk Madura. Padahal bisa saja terjadi, orang dari Surabaya tersebut bisa terpapar covid dan setelah itu pulang lagi ke Surabaya.

Nah, inilah yang kemudian menjadi pemicu dan munculnya bahasa DISKRIMASI BAGI WARGA MADURA. Wajar orang Madura tersinggung karena itulah yang terjadi pada hari pertama dan kedua. Baru setelah banyak muncul protes, kemudian dilakukan juga swab serupa pada pengendara yang hendak masuk MADURA.

Lalu bagaimana kita mencermati fenomena ini? Betulkah apa yang dilakukan oleh Eri Cahyadi merupakan tindakan diskriminatif yang disengaja? Untuk menjawab persoalan sebetulnya tidak begitu sulit. Apalagi, Wali Kota Surabaya itu telah secara gamblang menyatakan kepada para pendemo yang datang ke Balai Kota bahwa dirinya sama sekali tidak ada niatan mendiskriminasi orang Madura. Bahkan Eri berseloroh bahwa dirinya merupakan keturunan Madura. “Orang tua saya dari Bangkalan. Saya sedih ada yang bilang diskriminasi,” kata Eri. (Kompas.com; Senin, 21 Juni 2021).

Dalam menyikapi fenomena ini, kita perlu berpikir jernih dan berpikir positif (husnud dzon). Jika mengacu pada hukum kausalitas tadi, Apa yang dilakukan Eri juga merupakan REAKSI dari merebaknya penyebaran Covid di Kabupaten Bangkalan. Klau dilihat dari Gesturnya, sang walikota tampak panik. Sehingga belum sempat melakukan kordinasi, apalagi sosialisasi. Tapi kita tidak boleh berburuk sangka dan harus yakin bahwa apa yang dilakukan oleh Walin kota surabaya tersebut adalah demi kebaikan bersama. (Kemaslahatan umat).

Jadi sekarag yang harus dilakukan, baik oleh Pemkot Surabaya dan Pemkab Bangkalan dan termasuk Pemprop Jatim adalah terus membangun kerjasma yang baik dalam mengatasi pandemi ini. Jangan sampai terpengaruh adu domba dan saling menyalahkan. Bahkan kalau perlu tampil bersama-sama untuk saling melengkapi. Semua harus fokus bergandengan tangan untuk menganggulangi musibah COVID-19 ini. Jangan pernah lelah dan putus asa dalam mengedukasi masyarakat. Semoga pendemi ini segera berahir.

Leave a Comment