Data Utama Opini Politik

Rebutan Menjadi Orang Penting

Oleh: Baharuddin

OPINI, Lingkarjatim.com – Sebentar lagi rakyat Indonesia akan melaksanakan agenda demokrasi lima tahunan yaitu pemilihan presiden. Menariknya kali ini diadakan pemilihan serentak yang bukan hanya presiden, tapi juga DPR baik tingkat nasional maupun daerah dan juga DPD.

Saya sebagai warga negara yang baik tentunya juga ingin berpartisipasi dalam kemeriahan pesta demokrasi ini. Bagaimanapun ada rasa kagum tersendiri melihat teman-teman sesama mahasiswa yang terlihat sibuk kesana kemari menghadiri kampanye akbar, deklarasi atau hal lain terkait pesta demokrasi ini yang sepertinya menyenangkan.

Saya teringat ada satu kalimat menarik yang diucapkan oleh seorang teman saat kami sedang ngopi di salah satu warkop pinggir jalan di dekat kampus. Dia mengatakan kalau pemilihan itu baik tingkat DPR hingga Presiden tidak ada yang adil, apalagi ini event nasional, bahkan sekelas pemilihan daerah ada banyak kecurangan. Kalau kau masih tidak percaya, perhatikan saja pemilihan pimpinan mahasiswa di kampus kita itu, apakah menurut kamu ada yang adil? Tidak kan!! Karena menurut pandangan teman saya ini ada banyak transaksi suara di kalangan elite demi memuluskan jalan menuju pemerintahan.

Saya yang lugu dan tertutupi kekaguman yang berlebihan percaya saja dengan kalimatnya, lagi pula dia lebih paham masalah ini. Membantah ucapannya sama saja dengan menunjukkan kebodohan sendiri. Namun dalam lubuk hati terdalam tentu saja saya tidak ingin hal itu terjadi. Karena kalau sampai yang diucapkannya benar maka bukan lagi vox Populi Vox dei, suara rakyat bukan lagi suara tuhan, tapi suara tuhan kalah dengan kepentingan setan.

Menjadi orang penting adalah keinginan mayoritas manusia. Saya sendiri sering kali merasa sangat puas atau benar-benar menjadi manusia ketika orang lain membutuhkan saya. Rasanya seperti sudah mengamalkan hadist nabi tentang sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Begitu juga menjadi orang penting di tingkat negara, mulai dari tingkat RT/RW, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, hingga Presiden, bahkan juga para DPR baik tingkat daerah maupun nasional, yang saya kira semua itu adalah pos-pos penting tempat orang dibutuhkan orang lain atau tempat paling mudah dan paling efektif untuk memberi manfaat pada manusia lain.

Tentunya menjadi orang penting tidak mudah, ada banyak orang di luaran sana yang juga mengharapkan hal serupa. Ada banyak orang yang rebutan ingin jadi DPR, ada banyak juga orang yang ingin jadi gubernur, apalagi jadi presiden di republik yang luas ini. Saya ingat dulu bagaimana waktu masih sekolah dasar, saat guru bertanya tentang cita-cita pada seluruh murid termasuk saya, saya tidak ragu-ragu lagi menjawab kalau saya ingin jadi presiden. Dalam pikiran saya waktu itu menjadi presiden bukan agar saya menjadi orang yang penting dan bermanfaat, saya hanya ingin wajah saya ditampilkan tiap hari di televisi, itu saja.

Terkait pesta demokrasi tahun ini, saya pesimis dengan kejujuran tingkat elite terkait pemilihan ini. Saya teringat dengan tokoh politik italia niccolo Machiavelli yang terkenal dengan pemikirannya yang menghalalkan segala cara demi menuju pucuk kekuasaan. Saya kira hal itu tetap relevan sampai sekarang. Saya teringat dengan perkataan salah satu senior yang dia juga menjadi bagian dari manusia yang ingin jadi penting dan bermanfaat tersebut. Dia berkata kalau menjadi baik saja dia tidak bisa menjadi DPR. Asal kamu tahu saja, ujarnya pada saya, kalau ingin menang kamu harus punya banyak uang.

Saya tidak mau mengamini perkataan senior saya tersebut, lagi pula apa hubungannya menjadi DPR dengan uang? sama seperti saya tidak mau mengamini perkataan teman saya yang diatas, walaupun saya tahu, kalau pengetahuan lapangan mereka terkait perkembangan politik lokal maupun nasional lebih banyak dari pada saya, dan membantah perkataan mereka sepertinya saya tidak bisa, tapi dalam batin saya selalu yakin kalau ada yang putih diantara hitam pekatnya politik. Saya selalu percaya dengan nasehat lama dari orang bijak masa lampau yang berbunyi jika orang baik tidak berpolitik, maka negara akan dikuasi oleh orang jahat, semoga saja, diantara yang terpilih nanti ada yang memang benar-benar ingin bermanfaat pada yang lain bukan hanya sekedar menjadi orang penting.

Leave a Comment