SURABAYA, Lingkarjatim.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melepas ekspor komoditas pertanian Jatim di Terminal Petikemas Surabaya, Kamis (21/3/2019). Ada beberapa komoditas yang diekspor ke berbagai negara tersebut.
“Ada kopi, susu, daun kelor, bulu bebek, dan lainnya,” kata Khofifah, di sela melepas ekspor komoditas asal Jatim ke berbagai negara.
Rinciannya, sebanyak 60.231 M3 Plywood diekspor ke Singapura, 19,1 ton kopi ke Belgia, 22,5 ton kg gagang cengkeh ke Kanada, daun kelor 12 ton ke Korea Selatan, dan 81 ton margarin ke Ghana. Selanjutnya ekspor komoditas hewan dan produk hewan yakni 25,5 ton susu ke Malaysia, 140 ton premix ke Spanyol, 19 ton sterilized kenaf core dry ke Jepang, 34 ton bulu bebek ke Taiwan, 130 ton calcium salt ke Barcelona, dan 300 kg sarang burung walet (SBW) ke Hongkong.
Khofifah mengatakan, ekspor ini menjadi bagian penting untuk bisa mendatangkan devisa, sekaligus mendorong penguatan pertumbuhan ekonomi di Jatim. Selain itu, ekspor tersebut juga wujud sinergi antara Pemprov Jatim dengan Kementerian Pertanian RI melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) dalam percepatan layanan ekspor produk pertanian.
“Yang menarik menurut saya daun kelor. Ternyata pangsa pasarnya di Korea Selatan. Kemudian ada plywood, sarang burung walet,” ujarnya
Khofifah menjelaskan Jatim memiliki potensi yang besar di sektor pertanian, dan memiliki peluang untuk meraup devisa negara dari ekspor non migas. Melihat potensi tersebut, orang nomor satu di Jatim ini terus mendukung dan mendorong ekspor komoditas pertanian Jatim dengan merapatkan barisan serta bersinergi dengan instansi terkait.
Ia juga ingin mengajak eksportir membangun hubungan yang kuat (strong partnership) dengan UKM dan IKM apalagi di sektor agro. Jadi membangun aliansi antara eksportir dengan petani baik melalui Gapoktan, Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA).
“Selain itu, antara Balai Besar Karantina di Surabaya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim juga harus melakukan strong partnership dengan para eksportir dan petani atau sektor yang menjadi komoditas andalan ekspor Jatim,” ujarnya.
Menurutnya, sinergitas antara komoditas-komoditas unggulan dan andalan yang bisa dimaksimalkan ekspornya dengan tetap memperhatikan petani, pelaku UKM dan IKM perlu mendapat pendampingan. Tujuannya agar mereka bisa menikmati kesejahteraan ketika produknya bisa diekspor.
“Banyak petani kita punya produk yang perlu mendapatkan pendampingan untuk bisa disertifikasi supaya memenuhi standar produk yang bisa diekspor,” kata orang nomor satu di Jatim.
Adapun total nilai ekspor komoditas pertanian tahun 2018, sebesar Rp44.036 triliun, yang terdiri komoditas tumbuhan Rp32,9 triliun dan komoditas hewan serta produk hewan Rp11,136 triliun.
Komoditas ekspor asal tumbuhan didominasi oleh CPO, kopi, lada, tembakau, cengkeh dan kakao. Sedangkan komoditas hewan dan produk hewan didominasi oleh SBW, susu dan produk olahannya, bulu dan produk olahannya, dried specimens, domba potong, ular jali, pakan hewan ternak, kulit kadi, premix, dan serangga hidup, tambah Sujarwanto. (Mal/Lim)
Leave a Comment