Bangkalan Opini

Bhângkalan Bhutoh Orèng Loman, Lukman Hakim Orèng Loman ka Angghuy Bhângkalan

Opini: oleh Baijuri Alwi

BANGKALAN, beritadata.id – Pada satu dekade ini, Kabupaten Bangkalan mengalami anomali dalam mencari patron kepala daerah di Kabupaten Bangkalan.

Dengan dinamika yang kian kompleks dengan adanya arus kebudayaan yang dengan cepat merambat dan meresap di masyarakat Bangkalan. Tentunya, kriteria dalam sosok pemimpin yang ideal untuk menguraikan kompleksitas dinamika penulis kira hanya butuh sosok pemimpin yang memiliki kesadaran bersosial yang tinggi, mempunyai keinginan mendengar keluhan masyarakat layaknya sesama rakyat sipil, serta sosok pemimpin yang selalu ingin dinasehati oleh sesepuh daerah dan sosok pemimpin yang bisa menghormati perbedaan demi persatuan dan kemajuan bangkalan. Secara sederhana penulis ingin ungkapkan jika “Bhângkalan bhutoh orèng sè LOMAN.”

LOMAN sendiri dalam bahasa Jawa diartikan sebagai orang yang dermawan, dermawan berarti orang yang suka memberi dan berbagi kepada orang lain, hal ini dilandaskan oleh kerendahan hati yang selalu ingin bahagia bersama bahkan rela berkorban untuk kebahagian orang lain. Dermawan dalam bahasa Maduranya Lok emanan. 

LOMAN dalam istilah bahasa Madura mempunyai arti yang lebih luas dari sekedar Dermawan, Loman berarti orangnya terbuka, mau menerima saran dan kritik alias “Nyaman èrembhâghin”, mau berkorban demi kepentingan bersama dalam hal positif, punya karakter dan pendirian yang kuat kalau bahasa maduranya “Jhegjheg”.

Pribadi yang mempunyai karakter “Loman” penulis rasa ada pada Sosok Lukman Hakim Pemuda yang dicalon sebagai Bupati Kabupaten Bangkalan oleh masyarakat dan partai-partai di Bangkalan. Dengan pembawaannya yang sederhana, serta suka berbaur dan berdiskusi dengan siapapun.

Berbekal pengalaman sebagai  kepala Desa di Desa Katol Barat selama dua periode dari 2005 sampai pada 2019, tentunya sudah mempunyai kapasitas dan kapabilitas untuk memahami serta menamukan solusi atas kompleksitas dinamika di Kabupaten Bangkalan. Hal ini dikarenakan beliau mampu membangun komunikasi terhadap sesepuh Desa (Blater) serta terhadap para Alim Ulama’ (Kyai dan Lora), serta beliau juga mempunyai kecakapan dalam menganalisis sebuah masalah secara battom-up (bawah ke atas), karena pengalamannya selama menjadi menjabat sebagai Klebun. Beliau juga dibekali pendidikan hingga strata 2 (magister) yang menjadi bekal dalam menganalisa masalah secara Top-down (Atas ke Bawah).

Selain itu Sosok Lukman Hakim juga seorang Santri yang pernah mengabdi  di beberapa pesantren. Dengan statusnya sebagai santri menjadikan Lukman Hakim begitu dekat dengan Kyai-kyai di Kabupaten Bangkalan.

Sudah pantas kiranya jika Sosok pemuda yang bernama Lukman Hakim ialah “orèng LOMAN kà àngghuy Bhângkalan.” (*)

Leave a Comment