Data Utama Metropolitan Pemerintahan Surabaya

Atasi Banjir, Khofifah Bakal Petakan Pembuatan Tiga Sudetan di Aliran Bengawan Solo

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim

SURABAYA, Lingkarjatim.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa akan segera memetakan pembuatan sudetan di aliran Sungai Bengawan Solo. Sebab, banjir di 15 Kabupaten di Jatim faktor utamanya adanya luapan air dari sungai terbesar dan terpanjang tersebut.


“Mungkin nanti, kami akan membuat tiga sudetan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo, agar bisa memecah aliran sungai,” kata Khofifah, Jumat (8/3/2019).

Menurut Khofifah, faktor utama penyebab banjir karena meluapnya air dari Bengawan Solo. Kemudian air mengalir ke anak Bengawan Solo di sejumlah daerah di Jatim. “Ini kan bukan langsung dari luapan Bengawan Solo, tapi ada titik Bengawan Solo yang mengalir ke kali Bengawan Madiun (anak sungai Bengawan Solo), kemudian masuk ke Kali Jeroan dan seterusnya,” kata Khofifah. 

Orang nomor satu di Pemprov Jatim itu, mengaku sudah berkoordinasi dengan forkopimda Kabupaten Madiun, BBWS Bengawan Solo dan juga pihak terkait. Ini salah satu langkah yang akan dilakukan Pemprov Jatim untuk mengantisipasi bencana banjir untuk jangka panjang.

“Saya sudah diskusi dengan pakar air,  di sepanjang aliran Bengawan Solo butuh lima sudetan. Ini baru terbangun dua sudetan. Maka kurang tiga sudetan lagi,” katanya.

Untuk mengatasi masalah banjir tersebut, kata Khofifah, butuh waktu dan penanganan lama. Sebab, mengatasi banjir bukan seperti menangani musibah seperti bencana longsor dan lainnya.

“Yang jelas, harus ada penanganan jangka pendek dan juga jangka panjang. Untuk jangka panjang itu, nanti kami akan membuat tiga titik sudetan baru di aliran Bengawan Solo,” katanya.

Tidak hanya itu, Khofifah menyebut bahwa sejatinya banjir ini bisa dilakukan preventif. Sebab nyatanya jalannya air dari Sungai Bengawan Madiun turun ke Sungai Jeroan bisa dihitung. 

Pemprov Jatim, kata Khofifah, kini sedang berupaya komunikasi dengan provider telepon seluler, agar bisa mengakomodir kebutuhan Early Warning Sistem (EWS), atau alat peringatan dini kepada masyarakat.

“Ternyata bisa dihitung enam jam air akan sampai ke Madiun, maka itu saya ingin ada Early Warning Sistem (EWS) ke masyarakat. Yang bisa terkonfirmasi ke handphone masing-masing warga, bahwa ketinggian air akan sampai Madiun berapa jam lagi, sehingga masyarakat bisa lebih waspada,” ujarnya. (Mal/Lim)

Leave a Comment